Permainan Tradisional


Kalo kita ingat waktu anak-anak, bermain adalah hal yang menyenangkan. Apalagi waktu anak-anak dulu belum ada gadget. Baik anak laki-laki maupun perempuan selalu memainkan permainan entah itu dari karet, tali, bola, bahkan pecahan genteng dijadikan media sebuah permainan. Permainan Tradisonal apa saja sih yang dulu pernah kalian mainkan?

Kali ini penulis ingin berbagi pengalaman sewaktu anak-anak dulu memainkan berbagai macam permainan tradisional, dan perlu diketahui permainan yang mungkin tidak semua generasi sekarang tahu. ternyata ada yang di perlombakan juga loh dalam acara Potradnas (Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional) seperti hadang, dagongan, egrang, sumpitan dan terompah panjang.

Permainan Tradisonal yang kali ini akan penulis share yaitu sebagai berikut :

  1. Jingklok/engklek
  2. Congklak/Daku
  3. Hompimpa Alaium Gambreng
  4. Gamsut
  5. Gatrik
  6. Cing Cripit
  7. Tarik Tambang
  8. Bakiak
  9. Petak Umpet
  10. Kelereng
  11. Petak Umpet
  12. Egrang
  13. Panco
  14. Gobag Sodor
  15. Bentengan
  16. Layangan
  17. Dampu
  18. Surantang Surinting

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Tugas Makalah


Masa-masa perkembangan

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Masa-masa perkembangan


Bagi guru atau orang tua yang sedang mempelajari dan memahami jiwa anak-anak, perlu mengetahui masa-masa perkembangan. Untuk mudah dalam memahami masa-masa perkembangan para pakar psikologi melakukan pembagian masa perkembangan. Para ahli psikologi mempunyai pendapat dan dasar-dasar pemikiran yang berbeda. Berikut ini masa-masa perkembangan menurut para ahli psikologi.

  1. Pembagian Aristoteles (384-322 SM) ahli filsafat bangsa Yunani ada 3 masa perkembangan yaitu: Periode anak kecil (kleuter) usia sampai 7 tahun, Periode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun, Periode Pubertas (remaja) usia 14 sampai 21 tahun.
  2. Pembagian Comenius
  3. Pembagian Ch. Buhler
  4. Pembagian Kohnstamm
  5. Pembagian Oswald Kroh
  6. Pembagian Jean Piaget
Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Pesan Singkat


Rindu akan pesan-pesan singkatnya…

Sudah 570 pesan singkat yang ku kumpulkan… Sejak ku pertama mengenalnya, aku bersikap biasa saja, isi pesan yang ia kirimpun sebatas pertanyaan-pertanyaan masalah perkuliahan. Tapi kali ini ada yang beda. Sunguh jelas perbedaan itu muncul.

Isi pesan dalam telpon genggamku penuh dengan tugas atau pekerjaan. Terkadang kupikir telpon genggamku rusak karena tidak ada pesan masuk, keluar atau panggilan masuk, tak terjawab. sekalinya ada itu juga pesan singkat dari operator GSM.

Kini seakan semuanya berubah dalam hidupku, ada sedikit warna yang di gores di kanvas hidupku. warna itu mulai membentuk sebuah gambar yang dinamai hati.

Aku mulai merasakan debaran hati dan gejolak jiwa selama 3 hari ini. Tanpa kabar darinya rasanya aku dibuat gelisah. Ia selalu menyapaku sebelum tidur, baru 3 malam ia ucapkan Selamat Tidur kepadaku. Ia pun 3 kali mengucapkan kata “Nice Dream” dan selamat beraktivitas. terkadang kata-kata itulah yang aku rindu.

Ia pun mengingatkan ku Sholat dan makan. Dalam rekening waktuku, Aku bisa merasakan senyumnya lewat emoticon yang ia kirim padaku,  sudah 43 kali. Terkadang ia bermanja. Dan yang membuat aku bahagia adalah mendengar tawanya, melalui rangkaian huruf H dan E atau terkadang juga dirangkai dari susunan huruf H dan huruf A yang jumlahnya lumayan banyak. sudah 100 kali ia mengajakku tertawa dan bercanda melalui rangkaian Huruf H, E dan I. Huruf -huruf itu mendadak menjadi suara yang hanya terngiang di telingaku.

Dan satu hal yang Aku tak tahan jika ia Sedih, ia murung ia gambarkan dalam simbol berupa titik dua dan tanda buka kurung, sehingga terawang wajahnya seperti sedang menitikan air mata. ingin rasanya ku hapus butiran air dimatanya.  bukan dengan tangan kasar tapi dengan tangan yang adanya di dalam hati.

hingga aku pun tak sadar, kini aku ~Rindu akan pesan-pesan singkatnya~

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Dokumentasi PKLH STKIP BANTEN Desa Grogol Indah


Kenangan terindah dan berharga selama satu bulan Desa Grogol Indah, Praktek Kerja Lingkungan Hidup STKIP BANTEN

Pembukaan PKLH di Kec. Anyar

IMG_20150306_102721

Penempatan Lokasi PKLH Desa Grogol Indah

IMG_20150307_172937

Kunjungan Di Kantor Desa Grogol Indah

DSCF6263 DSCF6267

Kunjungan ke Tokoh Masyarakat

DSCF6323 DSCF6416 DSCF6375 DSCF6339 DSCF6301 DSCF6299

Berbaur dengan Masyarakat

DSCF6464 DSCF6466 DSCF6468

Bimbingan Belajar

DSCF6384 DSCF6397 DSCF6407

Kerja Bakti

Categories: Elangtakbersayap | 3 Komentar

PKLH STKIP BANTEN 2015


Tak tearasa sudah semester 8 kita melangkah, mencari ilmu di Perguruan Tinggi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) BANTEN mengadakan Program Praktek Kerja Lingkungan Hidup (PKLH) Tahun Akademik 2014/2015 di wilayah Kecamatan Anyar Kabupaten Serang-Banten.

PKLH tahun ini sebagai Ketua Pelaksana yaitu Bapak Iin Hasan Ginanjar, S.Pd.I dalam sambutannya saat Pembukaan PKLH STKIP Banten 2015 di Kecamatan Anyar, beliau menyampaiakan Peserta PKLH dari STKIP Banten akan disebar pada 7 Desa yaitu :

  1. Desa Anyar
  2. Desa Bandulu
  3. Desa Tambang Ayam
  4. Desa Bunihara
  5. Desa Banjarsari
  6. Desa Kosambironyok
  7. Desa Grogol Indah

PKLH merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian masyarakat, kegiatan sebagai pelaksanaan dari proses pembelajaran mahasiswa dalam mengaplikasikan keilmuan yang telah dipelajarinya dengan mengintegrasikan seluruh aspek dalam dimensi kehidupan masyarakat secara nyata.

Perguruan tinggipun tidak hanya mengembangkan pendidikan tetapi juga mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal itu pun juga tercantum dalam misi perguruan tinggi dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu: penelitian, pendidikan, dan pengabdian terhadap masyarakat.

Hal ini sebagai upaya dan perhatian perguruan tinggi terhadap lingkungan sosial dan pengaplikasikan teori-teori yang telah diketahui di perguruan tinggi.

Dari Kampus, kami dibagi kelompok, Hamami, Masturi, Andri Krisnandi, Adik Rifai, Eti Sumiati, Selly Prihatini, Siti Zulaiha, Nuraeni, Saefiah, Novi Awaliandini dan perkenalkan nama saya Mubarok. Kami berjumlah 11 orang di tempatkan di Desa yang penduduknya ramah dan membuat kami betah disana, Desa itu bernama GROGOL INDAH.

Banyak pelajaran yang kami ambil di Kegiatan PKLH ini, Hikmah dari kegiatan Praktek Kerja Lingkungan Hidup (PKLH) STKIP Banten Tahun 2015 antara lain sebagai berikut:

  1. Memperoleh wawasan dan pengalaman baru tentang pola bermasyarakat;
  2. Belajar untuk komunikatif dengan warga;
  3. Belajar Bekerjasama;
  4. Belajar Mandiri dan disiplin.
  5. Dan banyak pelajaran yang kami peroleh.

Pengen tahu apa saja kegiatan kami, selama satu bulan PKLH ? Ayooo…Tengok di Sini.

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Menyapa Cikuray


Garut – Jawa Barat bagiku adalah daerah yang menyimpan kesan terindah, disana ada seseorang yang begitu berarti bagi saya.Lho kok malah Curhat….kita kembali ke Alam.

Oke Sahabat Alam…Salam Rimba , Salam Lestari.

Pada Tanggal 28 s.d 31 Maret 2014 adalah libur panjang. Sudah jauh-jauh hari saya membuat Planning liburan. Liburan kali ini yaitu menjemput Mimpi-mimpi yang pernah saya tulis sebelumnya dan tekad saya untuk mendaki Gunung tertinggi di Daerah Garut yaitu Cikuray dengan ketinggian 2.821 mdpl. Pendakian kali ini memiliki Misi tersendiri Pertama Saya Rindu akan seseorang yang ada di Garut , kedua ingin menyapa Cikuray seperti yang pernah saya tulis dalam sebuah Cerpen yang saya ikut lombakan berjudul ” Do’a Sang Pecinta di Swiss Van Java”. Ketiga sudah lama nggak liburan naik gunung bersama teman-teman saya.

Pukul 18.00 WIB ba’da Sholat Magrib , Saya bersama Riyadi berangkat menuju Djo In dekat Masjid Agung Cilegon. Sesuai kesepakatan kami berkumpul di Djo In, lagi-lagi masih telat aja tuh orang… kami berdua masih menunggu Rouf dan Uki.

Akhirnya datang juga tuh anak, tapi kok sendiri…wah alamat nunggu lagi…udah jam 8 lagi. Bus jurusan Kp. Rambutan sudah 3x lewat, namun Uki belum datang juga.

“Nah, tuh si Uki datang…” ujar Riyadi

“lama banget lo, ki” cetus Rouf

“Masih telat aja lo…” kataku.

bersambung dulu….

 

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Do’a Sang Pecinta di Swiss Van Java


COVER NOVEL

Do’a Sang Pecinta di Swiss Van Java Karya “Mubarok-Akil-ETB”

View

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

MENDAKI GUNUNG ADALAH MENGHARGAI HIDUP


Sedikit sekali orang yang bisa memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya, jika ia tidak terjun langsung atau mengalami apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.
Pencinta Alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, hi…!!!!!!!”
Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah pembual !!!!!
Peduli pada alam membuat siapapun akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.
Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang – orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!! Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.
Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.
Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akan kembali ke urat akar di mana dia hidup.

Ya, menghargai hidup adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.

Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.
Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah. Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian. Coba deh….!!!!!!!!
sumber: kaskus.us

Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar

Inilah awal petualangan kami


Categories: Elangtakbersayap | Tinggalkan komentar